Friday, April 15, 2011

Restoran Muslim Di Shanghai

Xin Jiang Muslim Restaurant


Makanan pembuka Xin Jiang
Daging Masak Kecap Dingin dan Kikil Kambing. Dimakan dengan saos minyak dengan cabe kering agak gosong

Tumis Daging Asap


Selada Ganggang Laut yang teksturnya sangat kenyal....berserat kasar tinggi



Kentang dari Xin Jiang


Tomat dari Xin Jiang


Cabe hijau dari Xin Jiang, hijaunya begitu pekat


Terong dari Xin Jiang


Semur Ayam Masak Tomat Pedas dengan Kentang dan Pasta



Goreng Iga Bakar Kambing



Ikan Air Tawar Panggang dengan Bumbu Jinten


Goreng Kacang Panjang dan Cabe


Sate kambing nikmatnya luar biasa.
Tidak berbau karena kambing didatangkan dari dataran tinggi Xin Jiang, juga agar dagingnya terjamin halal.
Sejenis Sate Klatak, dengan bumbu jinten, ketumbar, bumbu cabe, dimakan tanpa saos.


Thursday, April 14, 2011

Shanghai Street Breakfast

 sarapan dengan Shangdong Pancake Tipis, kita bisa memilih diisi Cakwe atau Kremesan dengan Tauco Manis, pancake ini harganya RMB4.


Ini jenis Roti Cane ala Shanghai Isi Daun Bawang, nikmat dimakan bersama susu kedelai manis, harganya RMB2.



icip-icip Chou Tofu

 ini adalah ekspresi Astrid dari Ritz Carlton Pacific Place mencoba Lumpia Chou Tofu di Restoran Jesse Shanghai.

Chou Tofu

Ini Chou Tofu yang jenis hitam karena prosesnya.
Rasanya lebih kuat juga aroma amonianya...


Chou Tofu atau Tahu Bau adalah hidangan terkenal yang dibuat dari tahu fermentasi dengan bau menyengat yang khas. Ayah saya sering membuat Chou Tofu. Cara ayah saya membuat chou tofu adalah memasukkan tahu segar ke dalam air kelapa bekas fermentasi membuat sayur asin, direndam dalam satu minggu lalu sudah siap digoreng. Dan rasa basinya tidak terlalu menyengat, agak asin, cocok dimakan dengan bubur polos. Tetapi selain itu, Chou Tofu juga bisa disantap dengan Polenta Goreng. Cara makannya, Chou Tofu dioleskan ke Polenta seperti makan roti dengan blue cheese ala Perancis. Polenta terbuat dari tepung jagung yang berwarna sedikit kekuningan. Teksturnya ada yang kasar namun juga ada yang halus, biasanya tergantung selera. Makanan yang bisa menggantikan fungsi nasi ini banyak ditemui di Italia Selatan. Berasal dari jagung yang juga menjadi sumber karbohidrat, sehingga menjadikannya sebagai pengganti kentang ataupun nasi. Konon karena baunya yang begitu menyengat, Chou Tofu pun dinobatkan menjadi makanan dengan aroma paling tidak menyenangkan di peringkat no: 9 sedunia.

Lumpia Isi Chou Tofu

Wednesday, April 6, 2011

Mari Sarapan di Shanghai !


mengintip apa sih isinya si guci?
 ternyata berisi harta karun Sup ala Yunnan

ini adalah Kue Koe yang hanya dijual saat perayaan Ceng Beng. jika kita mengambil warna hijaunya dari daun suji, mereka mengambilnya dari sejenis ganggang laut.


Kue Koe dijual dengan dua macam rasa, yaitu isi Kacang Merah & Rebung Asin
 inilah menu sarapan kita




 jajanan pasar tradisional Shanghai






tim rombongan dari Indonesia sedang sarapan

Saya saat ini sedang berada di Shanghai, dan beberapa foto di atas adalah liputan kami sedang sarapan street food disana. Saya menemukan begitu banyak menu yang menarik, seperti makan Cakwe sebagai sarapan favorit, lalu ada Sup ala Yunnan yang dimasak di dalam sebuah guci raksasa, Roti Goreng Isi Daun Bawang, Roti Panggang Wijen, lalu Bakpao dengan berbagai rasa (mulai dari isi daging, sayur, juga kacang merah). Kemudian ada juga yang namanya Crepe Shandong! Kami semua sempat bingung memilih mau makan apa untuk sarapan haha. Ditambah lagi bisa minum Long Jin Tea Hangzhou yang masih fresh karena daun tehnya disangrai saat itu juga di tempat berjualannya. 

ps: jika ingin memperbesar foto, kalian bisa mengklik si foto, lalu gunakan icon + 

Sunday, April 3, 2011

ALL ABOUT FOOD WITH HELLO INDONESIA MAGAZINE

Acara dimulai pukul lima sore di Pacific Place, namun saya, Ibu Arimbi Nimpuno (Ahli Tata Saji) dan Yudi serta Herman telah menyiapkan makanan jauh sebelum acara dimulai. Ketika saya diminta untuk mengisi acara ini, tujuannya adalah untuk berbagi. Berbagi resep? Tidak. Ini lebih dari itu. Saya kemudian menjelaskan hal yang harus kita pahami tentang memasak, bahwa ada hal yang begitu mayor dibandingkan bahan-bahan apa saja yang akan kita gunakan, bumbu dan rempah apa yang akan membalutnya, lalu soal satuan ukuran, gram, milliliter, dan sebagainya. Latar belakang, merupakan hal yang sering kita lewatkan. Padahal melalui latar belakanglah, kita bisa memilah apa saja yang akan digunakan untuk memasak. Mengapa? Karena tidak semua bahan dapat dicampur-adukkan. Setiap sayur, setiap daging juga rempah, begitu kaya akan perbedaan sesuai dengan dari mana mereka didatangkan. Jika saja kita mengetahui serta memahami di mana kekuatan serta kelemahan mereka, dan mengkombinasikannya agar saling berpadu dalam satu piring, itu akan menjadi lebih dari sekedar sajian.

And when comes to Indonesian Culinary, begitu banyak yang belum kita kenal. Salah satunya adalah mengenai “place of origin”. Contohnya: kita disini jika menyebut singkong, ya hanya singkong. Sementara orang Singapore menyebut scallop lengkap dengan nama place of origin-nya, Hokkaido Scallop. Lalu mengapa place of origin itu begitu penting? Mengapa juga harus kita pelajari? 

 







Pada saat kita mulai mempertimbangkan bahwa place of origin memiliki aspek yang begitu penting, saat itu jugalah kita tidak hanya memasukkan makanan ke dalam mulut untuk mengecap dan menelannya, kita seperti dipaksa untuk mengetahui betapa setiap makanan memiliki ciri khas rasa yang berasal kondisi geografis tanahnya, kandungan mineral dalam tanah, serta kondisi iklim. Yang kedua, mengapa harus kita pelajari? Kita orang Indonesia, kadang terlalu malas untuk mengedukasi diri sendiri. Negeri kita dilimpahi begitu banyak varian sayuran, rempah dan buah, inilah yang kemudian membuat kita bersikap take if for granted atau kurang menghargai. Kita tidak tahu makanan yang tersedia di piring kita berasal dari mana, kita biasanya cuma tahu ‘enak’ dan ‘tidak enak’. Tanpa disadari kita membatasi diri kita dari pengenalan lebih dalam tentang makanan. Klasifikasi makanan tentu saja berasal variasi rasa dan teksturnya, dan semua itu tentu saja berasal dari latar belakang place of origin. Seperti wine, dengan berbagai taste serta aromanya, belum lagi termasuk the after-taste yang mereka tinggalkan di rongga mulut kita. Mengapa? Lagi-lagi jawabannya adalah place of origin. Yang menjadi begitu penting, yaitu dengan bekal mengetahui latar belakang place of origin sebuah makanan, kita dapat mengatur penyesuaian menu agar bobot rasa masing-masing makanan tidak tumpang tindih dan tidak berkompetisi untuk saling mendominasi. Mengatur bumbu apa yang sesuai dengan rasa makanan juga merupakan hal yang harus kita kuasai. Karena tekstur makanan perlu beradaptasi dengan bobot rasa bumbu yang akan digunakan untuk membalutnya.


Kemudian untuk penyajian makanan seperti tapas, kita dapat menyilangkan tradisi luar negeri untuk masakan nusantara kita. Misalnya, seperti menggunakan udang sebagai shrimp cocktail yang disajikan bersama Asinan Jakarta, atau French Bread sebagai canapé dengan Dendeng Padang di atasnya. Bisa juga singkong atau tape kita lunakkan dan digoreng dengan tepung panir serta berisi keju di dalamnya. Artinya penyilangan tradisi merupakan hal yang sah selama itu tidak menghilangkan identitas masing-masing makanan dengan place of originnya.

Jangan pernah takut mencoba hal-hal yang berada di luar jangkauan kita, apalagi dalam dunia kuliner yang dikenal tanpa batas. After all, bahkan seorang Pablo Picasso konon pernah berkata “Everything you can imagine, is real.”